“The Great Shift of Music Industry” – Presentasi di Pecha Kucha Jakarta

Awal bulan September 2014, Atri dari Maverick mengundang saya untuk ikut partisipasi di Pecha Kucha Jakarta. Long story short, saya mengiyakan untuk berpartisipasi. Hitungannya adalah berkontribusi kepada komunitas Pecha Kucha yang ada di seluruh dunia.

Saya pernah melihat Pecha Kucha di Bali sekitar tahun 2009 waktu masih aktif di komunitas kreatif di sana, tapi belum pernah ikut berpartisipasi menjadi pembicara. Secara singkat, Pecha Kucha adalah soal mempresentasikan sebuah gagasan lewat sejumlah slide dan waktu yang baku. Presenter hanya boleh bercerita lewat 20 slide dan masing-masing slide akan berubah setiap 20 detik.

Persiapan

Meski pada dasarnya sama seperti presentasi lain, ternyata persiapannya tidak lebih mudah. Saya ingin sekalian menguji thesis dari penemu Pecha Kucha, bahwa gagasan sesulit apapun pasti bisa dituangkan dalam 20 slide dalam waktu 6 menit. Maka, saya menyusun wacana yang agak rumit. Jika saya tidak bisa membuat presentasi dan bercerita, maka mungkin gagasan saya buruk.

Presentasi

Seperti biasa, yang sulit adalah mencari gagasan. Saya mencoba mencari yang orisinil, agar bisa diingat dan bisa digunakan lagi oleh orang lain. Setelah mendapat gagasan, maka saya menyusun presentasi slide demi slide. Hasilnya ada di presentasi di atas. Dan di bawah ini adalah penjelasan ke 20 slide tersebut:

  1. Nama saya Robin Malau, dari Musikator. Perusahaan saya mebuat platform yang dapat digunakan oleh musisi independen Indonesia untuk mendapat audiens global dengan menggunakan berbagai layanan yang kami punya. Yang akan saya sharing malam ini adalah apa yang saya lihat beberapa tahun terakhir, tanpa bermaksud mengungkap pro atau kontranya. Silahkan menilai sendiri.
  2. Jadi saya ingin berbagi soal perpindahan proses penciptaan, reproduksi, distribusi dan konsumsi musik dari massal menjadi personal, mahal menjadi murah, fisikal menjadi digital, kepemilikan menjadi akses, yang saya sebut sebagai The Great Shift of Music Industry. Mungkin kita sama-sama sudah melihat, tapi sedikit dari kita yang mengerti dampaknya secara luas.
  3. Proses Creation adalah proses penulisan lagu, produksi rekaman, dan mixing. Outcome dari proses ini adalah master rekaman untuk diduplikasi. Ini adalah proses paling awal dalam sistem industri musik yang bermuara di penulis lagu dan musisi. Apa yang berubah dari proses ini?
  4. Awalnya seluruh elemen studio yang digunakan untuk produksi itu dapat disentuh. Peralatan berevolusi dan menjadi intangible, atau semuanya berada dalam screen komputer Anda. Dulu studio hanya dibagi 2, project studio dan home studio. Sekarang istilah tersebut sudah tidak relevan lagi.
  5. Akibat dari perubahan ini, peralatan rekam menjadi banyak dan terjangkau. Sehingga, penciptaan musik menjadi sangat mudah, kebutuhan studio menjadi khusus tidak lagi generik, dan sesuatu yang sebelumnya sulit dilakukan, yaitu mobile recording production bisa dilakukan.
  6. Sementara itu, setelah master rekaman jadi dan siap diduplikasi, tercipta sebuah proses yang namanya Reproduksi. Ini adalah pengelolaan master rekaman agar siap diduplikasi dan didistribusikan, baik secara digital maupun analog.
  7. Perubahan di proses ini sederhana. Sebelumnya prosesnya analog, sekarang semua didigitalisasi. Pernah merasakan mastering dan outcome-nya dicetak di pita 1” nggak untuk duplikasi kaset? Saya pernah beberapa kali di pertengahan 90-an.
  8. Akibatnya proses mastering menjadi lebih sederhana karena semua dilakukan lewat komputer, output-nya menjadi file yang mudah di-backup, dan tentunya master musik di arsip secara digital dan tidak akan pernah hilang.
  9. Setelah master selesai, maka proses selanjutnya adalah proses pemasaran, penyebaran, dan promosi. Outcome dari proses ini adalah lagu yang Anda lihat di record store atau layanan digital music.
  10. Dulu kita hanya bisa beli album musik di tempat yang dinamakan Record Store. Ini adalah bagian dari kontrol industri musik terhadap hidup kita. Sekarang, kita bisa memilih mau beli musik dari mana.
  11. Akibat dari perpindahan diproses distribusi, maka tercipta banyak model-model penjualan, pendengar musik yang lebih banyak, dan tercipta struktur data yang sangat kaya dan kompleks yang akan berguna untuk industri musik di masa depan.
  12. Proses konsumsi oleh pasar baik yang terjadi di brick and mortar store, digital, hingga di lokasi pertunjukan musik. Ini adalah yang berhubungan dengan kita semua, sebagai konsumen musik.
  13. Dari ownership model ke access model. Orang bayar bukan untuk ‘beli’, tapi agar bisa mendengarkan. Sebenarnya dari dulu juga sejak awal jaman industri musik, orang tidak pernah membeli lagu. Orang beli vinyl itu kan hanya beli packaging, dan akses lagu. Kita tidak boleh menduplikasi lagu dan menyebarkannya sendiri. Kalau sebenarnya kita “beli lagu”, harusnya boleh dong… Makanya, selama ini juga kita hanya beli akses. Tapi sekarang kita membeli akses itu sangat terasa, karena ada format digital seperti Spotify. Jika Anda berhenti membayar Spotify, maka Anda kehilangan akses untuk mendengarkan musik.
  14. Sekarang kita memiliki banyak pilihan format untuk mengkonsumsi musik (vinyl, CD, kaset, digital download, streaming, dan lain sebagainya), dan tersedia musik yang sangaaaat banyak yang bisa dinikmati. Selain itu, harga yang fisik maupun digital menjadi semakin murah.
  15. Diatas seluruh gempita perpindahan masif ini, tercipta kebingungan skala global. Umat manusia bingung, karena telah terbiasa dicekoki dan terbiasa tidak punya pilihan.
  16. Industri musik selama ini mengendalikan apa yang kita dengar, dari mana kita beli, format apa yang kita gunakan untuk mendengar musik, media apa yang musti kita baca untuk mendapat informasi musik. Sekarang, kendali itu hilang dimakan jaman.
  17. Akibatnya perilaku konsumen berubah, persepsi tentang musik berubah, teknologi pun berubah.
  18. Saat ini, sedang terjadi kreasi, reproduksi, distribusi dan konsumsi musik terbesar dalam sejarah umat manusia.
  19. Yang ingin turut ke bisnis musik, harus memilih. Menjadi ahli di bidang apa. Karena sekarang ini sangat chaos dan membingungkan. Contoh paling terakhir adalah Foo Fighters, yang memilih analog di jaman digital, dan sangat sukses karena tidak lupa dasar bermain dan berbisnis musik: menciptakan nilai.
  20. Siapa cepat dia dapat. Semoga berguna.

Secara umum pelaksanaan Pecha Kucha Jakarta cukup baik, karena Maverick sudah sangat berpengalaman melaksanakan acara ini. Sayangnya, semalam tata suara sangat tidak mendukung untuk presentasi. Semangat saya turun ketika berada di atas panggung dan mendapati keadaan tidak bisa mendengar suara sendiri. Sepanjang presentasi, slide projector yang ditembakkan ke dua sisi tembok juga sering menghalangi gerakan saya. Mungkin tempat berdiri saya kurang tepat, karena secara natural saya berulangkali berusaha mendekat ke penonton, khawatir mereka juga tidak bisa mendengar suara saya. Gerakan tersebut kerap kali menghalangi slide sebelah kiri panggung. Tetapi jika demikian, seharusnya panitia memberikan tanda wilayah panggung yang sebaiknya digunakan. Atau, pembicara diharuskan datang untuk rehearsal karena panggungnya tidak lazim. Soal yang terakhir, saya memang datang hanya beberapa menit sebelum waktu saya naik panggung dan tidak sempat mempelajari panggung.

Update: Setelah saya konfirmasi ke Atri soal masukan di atas, ternyata sudah ada mark di atas panggung untuk speaker, tapi saya tidak/belum diberi arahan. Saya juga tidak melihat karena sudah banyak urusan lain di atas panggung. Salah satunya dikejar-kejar slide yang berubah setiap 20 detik. Dan karena peraturan dari komunitas global, mencari venue untuk Pecha Kucha ternyata harus berstatus pro-bono, tidak boleh berbayar. Es Teler di Adityawarman adalah tempat yang mau meminjamkan tempat, dan memang bukan tempat khusus yang dibuat dengan fasilitas presentasi.

Tetapi setidaknya tujuan saya tercapai. Yaitu berkontribusi kepada komunitas Pecha Kucha, belajar presentasi dengan batasan yang janggal, dan sempat menulis esai ditengah-tengah kesibukan saya.

Author: Robin

Jack of all trades living in SF Bay Area, California. Asian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *