Bagaimana Era Digital Dapat Membantu Musisi

Update: Menurut Intan tweet nya belum selesai. Oppps, spoiler dong ini! Maap 😀

Siang tadi saya diwawancara oleh Intan lewat email, untuk materi #bincangminggu-nya. Sebenarnya konsep Intan menarik, sayangnya terjadi di Twitter. Saya pribadi tidak suka kultwit (membicarakan sebuah topik di Twitter), karena kesannya maksa. Menurut saya, jika Anda tidak dapat menyampaikan ide dalam 140 karakter, maka ide tersebut jangan diutarakan di Twitter. Maka dari itu saya minta Intan untuk wawancara lewat email saja.

Untuk versi pendek, kamu bisa lihat tweet Intan dibawah ini. Untuk versi panjang saya rekap wawancara dibawah, saya quote ‘as is’. Semoga berguna:

Versi pendek (Twitter):

Versi panjang (Email)

Melihat era digital yang semakin merajalela, apa peluang yang bisa dimanfaatkan oleh industri musik Indonesia kang?

Saya tidak tahu dengan industri musik apalagi industri rekaman, karena mereka diluar jangkauan saya. Tapi untuk musisi, banyak yang bisa dimanfaatkan. Yang pertama, jangan jadikan ranah digital hanya menjadi media promosi saja, karena bisa lebih dari itu. Maksud saya, bisa saja digital media menjadi model bisnis dan core tempat beroperasi bisnis (selain konser LIVE), seperti misalnya yang sudah dilakukan oleh band seperti OK GO. Selain hanya menyebarkan informasi atau update dari kegiatan musisi, ranah digital bisa menjadi tempat berjualan, sharing pemikiran, maintain fans, membuat konser murah dengan streaming di internet dan lain

Bagaimana era digital bisa membantu pertumbuhan musik di luar kota besar, proses apa saja yang harus dilakukan oleh musisi untuk mendapatkan tempat yang berkenan dengan bantuan era digital?

Tujuannya dulu apa. Apakah musisi di luar kota besar ingin memperbesar skena di kotanya, atau mereka ingin masuk ke kota besar?

Jika yang pertama, saya rasa bisa dimulai dengan sejenis forum regional, tempat berbagi informasi. Karena native nya, forum atau komunitas digital, perlu ada pemimpin dan aktivis. Identifikasi dulu mereka itu siapa dan dimana, dekati dan ajak bergabung. Selanjutnya: posting, posting, posting, posting. Buat website yang ‘social’, artinya ada skema interaksi antar pelaku. Gabungkan juga dengan kegiatan offline, karena mau bagaimana juga, digital experience belum bisa menggantikan pengalaman orang nonton konser.

Jika yang kedua, maka di ranah digital kamu bisa menemukan musisi-musisi di kota besar yang sudah mengoptimisasi media digital. Bisa dimulai dengan networking dengan mereka, karena mereka punya akses ke industri. Saran saya, sebelum menyapa, follow atau meng-add mereka, buat dulu beberapa single yang layak di dengar, posting di Soundcloud. Dengan sedikit modal, buat website/blog dan link URL website Anda di profil Twitter, Facebook dsb. Jangan hanya link halaman profil Twitter. Buat Anda menjadi follower yang ‘berguna’, biasakan memberi sebelum meminta. You’ll find your turn.

Minta rekomendasi 3 startup musik yang bisa membantu musisi untuk lebih berkembang dan berkarya di era digital

Tidak seperti di luar negeri yang kebanyakan justru fokus ke musik independen atau unsigned artists, setahu saya startup musik disini malah lebih memihak artis major label (CMIIW). Make sense sih, karena major label punya katalog yang banyak. Mudah-mudahan lebih banyak lagi startup yang menyasar band indie.

Yang saya tahu, jika dikelola dengan benar, mungkin http://dotuku.com/ bisa membantu banyak musisi. Juga http://ohd.io/.

Disinilah menurut saya ada peluang. Musisi bisa kerjasama dengan developer untuk membuat website yang bisa membantu musisi sendiri. Istilahnya, ‘menggaruk gatal sendiri’. The opportunity is huge.

Author: Robin

Jack of all trades living in SF Bay Area, California. Asian.

0 thoughts on “Bagaimana Era Digital Dapat Membantu Musisi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *