UK Trip dengan British Council – Hari 6

Dr. Martens photobooth. Nongkrong di depan Brighton Dome Bar.
Dr. Martens photobooth. Nongkrong di depan Brighton Dome Bar.

Tidak seperti hari ke-5 yang kelabu, hari ini matahari menunjukkan tajinya. Cerah sekali. Sebelum berangkat dari Jakarta seminggu yang lalu, Teresia dari British Council (BC) sempat mendoakan agar cuaca bagus. Saya baru ngerti sekarang apa artinya cuaca bagus di The Great Escape Festival.

Hari ini saya berencana untuk menghabiskan waktu mengikuti seminar dan menikmati suplemen otak dari para ahli musik industri UK dan Eropa. Acara tidak ada yang dimulai lebih pagi dari jam 10, dan seminar pertama yang saya ingin ikuti baru mulai jam 12 siang. Jadi, setelah sarapan, sepanjang pagi saya habiskan waktu dengan berleha-leha di kamar. Seluruh badan terasa pegal-pegal, karena kegiatan di hari-hari sebelumnya.

Jam 11-an saya merasa lapar lagi. Udara dingin, meski matahari bersinar dengan terik, membuat saya cepat lapar. Apalagi karena saya sudah berhenti merokok. Tambah-tambah mulut makin sering merasa ingin ngemil. Karena ngemil rasanya lebih enak daripada ketika masih suka merokok. Sebelum merasa makin lapar, saya memutuskan untuk meninggalkan hotel untuk mencari makan siang. Kemarin saya sudah makan di restoran-restoran di dekat hotel, jadi kali ini saya ingin makan yang lain. Saya pun berjalan menuju Old Courtroom, tempat semua seminar yang ingin saya ikuti hari ini berlangsung. Di tengah jalan, saya teringat ada toko Dr. Martens di belokan antara hotel dan Brighton Dome. Saya pun memutuskan untuk mampir.

Toko Dr. Martens di Brighton. Koleksinya ngga kalah dengan yang di Covent Garden, London.
Toko Dr. Martens di Brighton. Koleksinya tidak kalah menarik dengan yang ada di Covent Garden, London.

Di dalam, saya bertemu dengan sebuah band yang akan manggung. Ternyata mereka adalah band yang di support oleh merk sepatu favorit saya ini. Disana mereka mencoba-coba sepatu, yang mungkin, akan mereka gunakan nanti di atas panggung. Koleksi di toko ini menarik, tidak semua dari range produk baru seperti toko-toko di London, tapi buat saya yang berasal dari Indonesia, dimana koleksinya selalu terlambat, sangat menarik buat saya untuk melihat koleksi yang terlambat beberapa musim. Bahkan koleksi jaket yang saya lihat tahun lalu di toko London masih terpajang di sini. Sayangnya harganya masih sama dengan tahun lalu jadi saya tidak beli! :p

Saya tidak lama di situ, karena bertemu dengan Manolo rekan YCE dari Columbia yang baru kembali dari lokasi seminar yang bilang kalau diskusi yang akan saya ikuti penuh banget dan jika terlambat datang, pintu ditutup. Karena moderatornya tidak mau acara terganggu oleh orang lalu lalang. Jadi lebih baik datang lebih cepat untuk antri.

Tak lama setelah Manolo pergi, saya bergegas menuju Brighton Dome untuk makan di cafe bar-nya. Keluar toko saya kembali terkena udara dingin, perut terasa semakin lapar. Sesampai di sana, suasana sepi dan kursi dan meja yang biasanya penuh tampak sepi. Saya melihat menu, memesan dan membayar. Lalu duduk dan menikmati setangkap sandwich dengan isi yang organic. Setelah menghabiskan kopi, saya berdiri dan berjalan menuju Old Courtroom, lokasi seminar yang berada tidak lebih 100 meter dari situ.

Benar kata Manolo, orang yang menunggu untuk seminar berikutnya sudah banyak. Saya pun mengambil tempat duduk di antara mereka di ruang tunggu. Tak lama rombongan dari British Council tampak satu persatu datang. Mereka juga ingin mengikuti seminar, dimana Manolo menjadi narasumber. Tiba-tiba pintu masuk ruangan seminar terbuka dan tampak orang yang mengikuti acara sebelumnya berbondong-bondong keluar. Berbalik dengan orang-orang tadi, saya masuk dan segera mengambil tempat duduk di row kedua dari depan karena posisi menentukan prestasi.

 

Di panggung tampak Manolo dan 1 orang lagi pengusaha festival musik dari Polandia duduk di sofa tempat narasumber dan pembicara. Siang itu Manolo akan berbagi cerita tentang bagaimana peluang bisnis festival di pasar yang sedang berkembang seperti Columbia. Beberapa menit setelah saya duduk Indra Ameng tampak memasuki ruangan. Sebelum duduk saya sempat mencegatnya. Ameng bilang dia terjebak di dekat Dome karena ada pop up show di Dr. Martens booth. Argh! Saya melewatkannya!

Saya tidak punya waktu untuk menyesal, karena sekonyong-konyong Chris dari CMU, yang juga membuat program seminar-seminar di The Great Escape, membuka acara. Diskusi pertama adalah tentang “Festival Opportunities in Emerging Market“.

Sesudah itu disusul dengan panel berkualitas tinggi dalam diskusi “Digital Markets: A Market-by-Market Guide to Digital in 2014”. Di panel diskusi ini dibahas kekuatan, kelemahan dan keunikan tiap-tiap pasar di 5 negara yang memiliki pasar musik terbesar. Mereka adalah (sesuai urutan) Amerika, Jepang, Jerman, Inggris dan Perancis. Materi seminar ini akan saya bahas di artikel terpisah karena banyak poin-poin penting yang perlu dicermati.

Menyusul kemudian seminar yang berhubungan dengan musisi, yaitu “What Do Artist Really Think About Digital?“. Di diskusi ini dibahas hasil survey kepada 50 artis paling aktif di social media yang dipilih oleh CMU yang menanyakan bagaimana pendapat artis tentang digital. Narasumber-nya di panggung adalah seorang artist yang mengerti bisnis musik di era digital.

Menutup hari itu, seminar terakhir adalah debat dengan topik “The Next Five Years in Digital Music“. Kesimpulannya? Tidak muluk. Masa depan industri musik tidak ada yang tahu! Justru itu yang membuat industri musik jadi semakin menyenangkan.

 

Ah… Hari yang menyenangkan. Selain udara yang cerah, ada begitu banyak pelajaran dan sudut pandang baru yang saya dapat. Mudah-mudahan bisa membantu saya untuk dengan semangat mendorong perubahan di industri musik Indonesia.

Sebelum pulang saya mampir dulu ke bar di dekat Dome yang namanya Fitzherberts, di sore yang cerah itu banyak sekali orang nongkrong menikmati udara. Termasuk delegasi yang kebanyakan dari Asia. Indra Ameng, Rahul dan Adrian dari Malaysia, Li Du dari Cina tampak menikmati sore. Di sana saya sempat dikenalkan pengusaha Festival di Hong Kong oleh Ameng.

Meski semuanya menyenangkan, saya membuat satu kesalahan fatal. Yaitu berasumsi bahwa dengan adanya sinar matahari yang terik, maka udara Brighton jadi hangat. Maka dari itu, saya hanya memakai sebuah jas tipis. Salah besar. Di bar yang lokasinya outdoor, angin berhembus sangat dingin. Akhirnya saya memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat saja. Badan masih terasa patah-patah di beberapa bagian karena kegiatan di hari-hari sebelumnya. Saya pun pulang jalan kaki bersama Adrian dan Rahul. Beda dengan mereka yang kembali ke hotel hanya untuk mengambil jaket dan melanjutkan kegiatan, saya ingin istirahat. Kami sempat makan malam dulu sambil menikmati beberapa gelas bir dingin di bar hotel. Pemandangan di jendela bar sangat indah. Kesibukan di jalan raya pinggir pantai yang terang disinari matahari. Brighton is lovely.

Author: Robin

Jack of all trades living in SF Bay Area, California. Asian.

0 thoughts on “UK Trip dengan British Council – Hari 6”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *