UK Trip dengan British Council – Hari 5

Arrived at The Great Escape

Hari kelima menjadi hari terpanjang dari seluruh kunjungan karena kegiatan dimulai dari jam 6 pagi. Restoran hotel buka dari jam 6:30, sementara kami harus berangkat jam 7:00 dari hotel agar bisa tiba di stasiun London Victoria sebelum jam 7:30. Jadi sarapan agak terburu-buru (tapi porsi tetap besar! :D). Yang bikin agak repot adalah karena dari Brighton nanti kami tidak akan kembali ke Strand Palace hotel, tapi langsung ke airport. Jadi seluruh barang bawaan harus dibawa. Nah tapi, karena saya akan memperpanjang kunjungan, saya meminta staff dari Wisma Indonesia, tempat saya menginap nanti, menjemput koper saya semalam. Jadi bawaan saya tidak sebanyak yang lain.

Pagi itu udara mendung. Dari hotel kami dijemput oleh bis sewaan. Bis masih sangat baru, jok dibungkus kulit jadi terasa mewah. Belum lagi transisinya otomatis, jadi perjalanan dari hotel ke stasiun kereta terasa sangat nyaman.

Lokasi drop off bis di depan stasiun London Victoria
Lokasi drop off bis di depan stasiun London Victoria

Dari tempat drop off, kami perlu berjalan kaki sekitar 300 meter sebelum sampai ke dalam stasiun membawa koper masing-masing. Sesampai di dalam, kami belum melihat platform kereta kami nanti (platform adalah sebutan untuk jalur kereta di stasiun). Jadi kami mencari tempat duduk untuk menunggu. Udara di stasiun dingin dan cukup menusuk, masing-masing mengeluarkan jaket tambahan dan mengenakannya. Di dalam stasiun nyaman sekali, burung merpati saja merasa nyaman sampai berjalan-jalan mencari makanan di tengah lalu lalang orang (perhatikan foto di bawah ini). Setelah menunggu sekitar 10 menit, Beccy dari British Council (BC) sebagai pimpinan rombongan melihat platform sudah diumumkan. Kami semua pun bergegas masuk ke wilayah stasiun tempat kereta berjajar, agar kebagian tempat duduk yang nyaman, mengingat banyaknya barang bawaan. Setelah menunjukkan tiket masing-masing, kami melewati peron dan masuk ke gerbong kereta. Setelah menyusun koper, kami pun mengambil tempat duduk yang paling nyaman. Perjalanan yang akan ditempuh dari London ke Brighton memakan waktu 1 jam.

Sesampai di Brighton Railway Station, rombongan disambut dengan hujan yang tidak lebat tapi padat. Brighton basah kuyup. Udara dingin di sini lebih menusuk pula daripada di London. Dari stasiun kami langsung keluar menggunakan taksi ke Old Ship Hotel, tempat kami menginap hingga hari Minggu nanti. Sebelum berangkat, saya sempat melihat-lihat foto-foto hotel di website-nya. Di situ saya hanya melihat sebuah hotel klasik yang berada di seberang jalan pinggir pantai. Tapi ternyata aslinya jauh lebih menarik. Hotel ini adalah hotel tertua di Brighton yang sudah berdiri sejak abad 15. Hingga kini bagian-bagian hotel asli masih banyak yang bertahan. Asli klasik. Sangat brilian. Sayangnya sesampai di sana kami belum bisa check in karena hari masih pagi.

The Great Escape

Daftar lengkap acara seminar bisa di download di link ini, daftar lengkap acara festival di link ini.

Jadi kami menyimpan tas bawaan dan langsung menuju ke Brighton Dome untuk mendaftar dan mengambil ID The Great Escape Festival & Convention.

Di sebelah meja pendaftaran, ada meja tempat dibagikannya sebuah tas berisi segala yang berhubungan dengan The Great Escape untuk pengunjung yang memiliki akses sebagai Delegates. Akses ini bisa digunakan untuk masuk ke semua seminar dan konser.

delegate-collection

Dari Brighton Dome, kami menuju ke Komedia untuk mengikuti Seminar pertama hari itu. Di awali dengan pembukaan, yaitu presentasi global industri musik dan apa yang sedang kita hadapi. Setelah itu berturut-turut naik ke mimbar presenter yang mempresentasikan “Fan Business: Understanding The Fan“, dan “Fan Business: Engaging The Fan“. Intinya kedua topik ini adalah bagaimana sebuah bisnis musik bisa mengoptimalkan penggemar yang mereka punya, untuk membangun bisnis musik yang sustainable.

Setelah itu saya pindah ruangan ke sebelah untuk mengikuti diskusi “Digital Music Trends: Live Recording“. Di sesi diskusi ini, salah satu pembicara yaitu Fred Bolza, kepala strategi Sony Musik UK menyimpulkan bahwa developer itu memiliki banyak kesamaan dengan musisi. Sebuah kesimpulan yang saya temukan juga setelah bergaul dengan kedua jenis mahluk tersebut. Saya tidak lama di ruangan ini karena harus pindah ke lokasi lain untuk mengikuti diskusi soal Music Rights. Sebelum pindah, saya menyempatkan dulu membagikan kartu nama serta makan karena belum sempat makan siang. Di restoran, akhirnya saya bertemu dengan teman lama saya Teguh, yang menulis artikel tentang studi banding industri musik Indonesia – Inggris.

Teguh menemani saya pindah lokasi ke Old Courtroom di dekat Brighton Dome. Di sana sudah menunggu serangkaian diskusi yang menarik, dari mulai “Everything You Need To Know About Music Rights in 2014“, hingga “How Artists Can Earn More Cash From Copyright: Neighbouring Rights“. Pada dasarnya semua masalah Music Rights ini juga sedang dibahas di Focus Group Discussion untuk membuat Cetak Biru Industri Musik Indonesia. Jadi sebagian pengetahuan yang saya dapat di seminar ini, dan sebagian prakteknya, sebentar lagi mudah-mudahan juga bisa terimplementasi di Indonesia.

Selesai seminar, ketika telinga masih berdengung dan otak masih berasap, saya ngobrol-ngobrol di depan lokasi dengan Stuart dari BC. Pembahasannya standar. Mengapa tidak banyak orang ngantri untuk ikut seminar Music rights, padahal penghasilan utama musisi seharusnya berasal dari sana?

Tapi secara keseluruhan, hari ini menyenangkan sekali karena mendapat banyak sekali pelajaran berharga. Setelah seminar selesai, kami menuju ke Brighton Dome untuk makan. Saya sendiri minum bir dingin sambil menikmati suasana di Dome Bar. Semua orang di sana tampak bersemangat dan asik melakukan networking dengan pebisnis musik yang hadir. Saling menyapa dan saling bertukar pikiran untuk memperluas peluang. Kemanapun berjalan, dari restoran, bar hingga toilet, saya selalu menemukan flyer, kartu nama, poster yang dibagikan gratis untuk mempromosikan bisnis musik. Suasana luar biasa yang tidak pernah saya lihat di Indonesia, di acara apapun.

Kartu nama yang disebar di tempat cuci tangan di toilet
Kartu nama yang disebar di tempat cuci tangan di toilet
Sulit untuk tidak menemukan material promosi kemanapun saya pergi
Sulit untuk tidak menemukan material promosi kemanapun saya pergi

Setelah bir habis, saya kembali ke hotel karena tadi belum sempat check-in. Saya berjalan ke hotel bersama Stuart dan Adrian dari Malaysia. Di jalan saya bertanya apakah mereka mendapat kamar dengan pemandangan laut. Ternyata Adrian tidak. Dia mendapat kamar yang menghadap ke belakang. Mendengar itu saya tidak berharap apa-apa.

Sesampai hotel saya menuju ke lobi, mengambil tas dan check-in. Saya diberi kamar no. 116. Berjalan ke arah lift, saya masih tidak berharap apa-apa. Setelah sampai di lantai 1 dari ground floor, saya melihat kamar saya berada di sisi depan. Jangan-jangan… Ah sudahlah. Saya membuka kunci kamar dan melihat bahwa… SAYA DAPAT KAMAR DENGAN SEA VIEW!!! Ah… Karena sudah berkegiatan sejak pagi sekali, saya memanfaatkan sedikit waktu untuk beristirahat. Istilahnya meluruskan kaki. Nyaman sekali.

Setelah beristirahat saya mencoba menghubungi delegasi lain menanyakan rencana malam hari nanti. Tak ada yang menyambut kecuali Dominique dari Afrika Selatan. Akhirnya kami keluar hotel bareng menuju JB’s American Dinner dekat hotel untuk makan malam. Saya memesan cheese burger klasik, ternyata porsinya besaaaaaar banget, sampai tidak habis saya makan. Baru sekali seumur hidup rasanya saya pesan cheese burger dan tidak bisa menghabiskan! 😀

classic cheese burger
Cheese Burger di JB’s American Dinner. HUGE!

Dari JB’s kami pindah ke Jamie’s Italian, restoran chain milik Jamie Oliver, yang letaknya hanya beberapa ratus meter saja. Di sana ada Manolo dari Columbia dan Bruno dari Brasil sedang makan malam. Saya memesan dan minum red wine agar badan agak hangat, dari situ kami berencana ke venue di pantai di seberang hotel yang bernama Coalition untuk nonton performance band. Saya harus bersiap menghadapi angin laut kencang dan dingin saat antri masuk nanti.

Sesampai di depan Brighton Coalition ternyata antrian belum terlalu panjang. Antrian untuk yang memiliki pass Delegation seperti kami malah sangat pendek. Jadi kami bisa langsung masuk. Tempatnya kurang lebih berkapasitas mentok 200 orang, lokasinya di kolong jembatan di pinggir pantai. Di atas bangunan ini adalah jalan raya di depan hotel Old Ship. Di dekat pintu masuk ada bar. Di seberang bar ada panggung yang tidak terlalu tinggi. Saat itu sudah ada band bersiap manggung, dan tempat tersebut sudah penuh sesak.

Di situ saya hanya bertahan 2-3 lagu, dan merasa sangat letih. Saya celingak-celinguk tapi tidak berhasil menemukan anggota rombongan yang lain. Akhirnya saya memutuskan pulang sendiri. Di depan lokasi, ada Beccy, Caroline dan Ajeeth dari BC sedang mengantri. Sempat bersapa sebentar, saya melanjutkan jalan kaki menuju hotel.

Sesampai di kamar, saya melihat sebentar ke arah luar jendela ke arah pantai. Hari sudah gelap, jadi tidak banyak yang bisa saya lihat kecuali masih banyak orang lalu lalang di jalan di depan hotel. Brighton semarak sekali malam itu. Penuh oleh orang yang sedang antusias menikmati industri musik dari seluruh penjuru Eropa. Semua berpesta.

Author: Robin

Jack of all trades living in SF Bay Area, California. Asian.

0 thoughts on “UK Trip dengan British Council – Hari 5”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *